Menjelang akhir tahun, kelangkaan bahan bakar minyak
(BBM) subsidi di beberapa daerah makin meluas. Pihak Pertamina akhirnya
memutuskan untuk menyetop pengendalian pasokan BBM bersubsidi menyusul
munculnya kerawanan sosial yang dikhawatirkan akan mengganggu kepentingan
nasional yang lebih besar.
Pengamatan SH, kelangkaan BBM subsidi terjadi di
Provinsi Lampung. Jika sebelumnya hanya solar yang langka, sejak Sabtu (24/11),
premium juga susah didapat. Untuk menghindari kekosongan stok, Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) memberlakukan pembatasan pembeliam.
Untuk kendaraan roda empat atau mobil pembelian BBM
subsidi hanya diperkenankan maksimal 20 liter. Sementara itu, untuk kendaraan
roda dua atau sepeda motor, pembelian maksimal sebanyak 3 liter. “Aturan ini
sudah dua hari ini kita jalankan sesuai surat edaran Gubernur Lampung,” ujar
Feni, petugas SPBU Rajabasa, Bandar Lampung, Minggu (25/11).
Aturan pembatasan pembelian BBM subsidi ini berlaku di
semua SPBU di Lampung. Akibatnya selain terjadi antrean, pembatasan ini juga
menyulitkan pengemudi yang mau keluar kota. Pasalnya, sebagian besar SPBU di
berbagai daerah tingkat dua di Provinsi Lampung sudah kekurangan BBM sejak
sepekan terakhir.
“Yang paling susah mobil solar ini. Jika di eceran
solar nggak ada, mau diisi apa tanki mobil, sementara kita ada tugas ke
daerah-daerah,” ujar Erik, seorang sales obat-obatan perikanan yang sehari-hari
mengemudikan mobil minibus Panther..
Antrean panjang di berbagai SPBU tampak pada
mobil-mobil berbahan bakar jenis solar. Antrean bertambah parah karena
bertumpuk dengan truk dan bus-bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Bahkan Minggu
tengah malam tampak sejumlah bus AKAP tujuan berbagai kota di Jawa masuk ke
dalam Kota Bandar Lampung untuk mencari solar.
Hal yang membuat “pusing” sopir truk atau bus adalah
adanya pembatasan pembelian hanya Rp 200.000. “Cukup sampai mana jika truk
segede ini diisi solar 22 liter?” ungkap Parno yang mengemudikan truk yang
membawa besi tujuan Palembang.
Sejumlah SPBU di Kota Pematangsiantar telah kehabisan
stok BBM jenis bensin dan solar hingga Senin (26/11) pagi ini. Sejak Sabtu
(24/11), beberapa SPBU di Jalan Medan dan Jalan DI Panjaiatan serta di Jalan
Melanchton Siregar tampak memasang papan tanda Premium dan solar habis.
Kosongnya BBM tersebut menyebabkan kalangan konsumen kelabakan mencari bahan
bakar kendaraan roda dua dan empat. Mereka berupaya mendatangi pengecer BBM
sampai ke desa desa di pinggiran kota.
Para pedagang pengecer BBM mengaku kehabisan stok
sudah terjadi sejak empat hari lalu, terutama solar lebih dahulu. “Ini hari
keempat kami kesulitan memperoleh BBM,” kata Manurung seorang pengecer.
Kalaupun ada, mereka harus membeli ke SPBU di kota Tebingtinggi atau Bandar
Pasir Mandoge, sekitar 45 kilometer (km)dari Pematangsiantar.
Assistant Costumer Relation Pertamina FRM Region I,
Sonny mengatakan, kekosongan terjadi karena jadwal kuota BBM subsidi ke
beberapa SPBU telah habis pada Minggu (25/11) hingga menunggu jadwal
selanjutnya. Secara keseluruhan penyaluran BBM di Sumut sudah melewati dari
yang ditentukan oleh pemerintah.
Kerawanan Sosial
PT Pertamina (Persero) mengharapkan dukungan dari
seluruh stakeholder terkait pasokan BBM bersubsidi.
"Pertamina telah menjalankan amanat BPH Migas
untuk mengendalikan BBM bersubsidi sejak 19 November kemarin. Dengan
memperhatikan perkembangan situasi sosial di daerah-daerah pascakebijakan
tersebut dan kepentingan nasional yang lebih besar, kami memutuskan terhitung
mulai 25 November 2012, Pertamina menyetop kebijakan pengendalian pasokan BBM
yang sudah berjalan selama sepekan ini sambil menunggu arahan dari pemerintah
selanjutnya,” kata VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, Senin
(26/11).
Menurutnya, kebijakan pengendalian BBM bersubsidi
awalnya dijalankan oleh Pertamina menyusul adanya surat dari Badan Pengatur
Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) tertanggal 7 November 2012 perihal
Pengendalian Distribusi Sisa Kuota BBM Bersubsidi 2012.
Dalam suratnya, BPH Migas menginstruksikan agar
Pertamina melakukan pengendalian distribusi BBM bersubsidi sesuai sisa kuota
dibagi jumlah hari tersisa hingga akhir tahun. Pengendalian tersebut ditujukan
untuk menjaga agar kuota yang telah ditetapkan pemerintah dan DPR dalam APBN-P
2012 sebesar 44,04 juta KL tidak terlampaui.
Seperti diketahui, semula dalam APBN 2012 kuota BBM
bersubsidi ditetapkan sebesar 40 juta KL, tapi pada September 2012 ditambah
sebesar 4,04 juta KL sehingga total menjadi 44,04 juta KL. Dari total tersebut,
Pertamina bertanggung jawab atas pasokan sebesar 43,9 juta KL dengan rincian
27,8 juta KL Premium; 14,9 juta KL solar; dan 1,2 juta KL Kerosene.
Hingga 20 November 2012, realisasi penyaluran BBM
bersubsidi masing-masing mencapai 24,9 juta KL Premium; 13,7 juta KL solar; dan
1,1 juta KL Kerosene. Artinya, telah terjadi kelebihan penyaluran terhadap
kuota bulan berjalan masing-masing sekitar 1 persen untuk Premium, 4 persen
untuk solar, dan masih ada potensi terjadi over kuota sampai akhir 2012.
Mencermati kondisi tersebut, Pertamina telah
menyampaikan kepada pemerintah dan memutuskan untuk menghentikan kebijakan
pengendalian BBM bersubsidi demi kepentingan nasional yang lebih besar. Dia
menambahkan, normalisasi pendistribusian BBM tidak lepas dari merebaknya
keresahan di kalangan masyarakat konsumen BBM bersubsidi di berbagai daerah.
Pertamina tetap akan mengupayakan seoptimal mungkin
untuk menjaga agar pendistribusian BBM bersubsidi tepat sasaran dan bekerja
sama erat dengan aparat untuk memastikan penyaluran dapat berjalan lancar. Di
sisi lain, kesadaran masyarakat untuk berhemat BBM dan memanfaatkan BBM
nonsubsidi diharapkan terus meningkat.
Terkait kelangkaan BBM, Ikatan Alumni Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) Surabaya mendesak pemerintah segera
melakukan penghematan subsidi energi, khususnya subsidi BBM dengan menaikkan
harga.
“Alasan utama kami adalah karena mayoritas pengguna
BBM subsidi itu, lebih dari 70 persen adalah orang yang masuk kategori golongan
mampu dan tidak pantas untuk disubsidi,” ujar Ketua Umum IKA ITS Irnanda
Laksanawan, Minggu. (Armin Thurman Situmorang/Danang Djoko Murdono/Moh
Ridwan/MG-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar