Senin, 24 Desember 2012

KELANGKAAN BBM BERSUBSIDI




Menjelang akhir tahun, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi di beberapa daerah makin meluas. Pihak Pertamina akhirnya memutuskan untuk menyetop pengendalian pasokan BBM bersubsidi menyusul munculnya kerawanan sosial yang dikhawatirkan akan mengganggu kepentingan nasional yang lebih besar.
Pengamatan SH, kelangkaan BBM subsidi terjadi di Provinsi Lampung. Jika sebelumnya hanya solar yang langka, sejak Sabtu (24/11), premium juga susah didapat. Untuk menghindari kekosongan stok, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) memberlakukan pembatasan pembeliam.
Untuk kendaraan roda empat atau mobil pembelian BBM subsidi hanya diperkenankan maksimal 20 liter. Sementara itu, untuk kendaraan roda dua atau sepeda motor, pembelian maksimal sebanyak 3 liter. “Aturan ini sudah dua hari ini kita jalankan sesuai surat edaran Gubernur Lampung,” ujar Feni, petugas SPBU Rajabasa, Bandar Lampung, Minggu (25/11).
Aturan pembatasan pembelian BBM subsidi ini berlaku di semua SPBU di Lampung. Akibatnya selain terjadi antrean, pembatasan ini juga menyulitkan pengemudi yang mau keluar kota. Pasalnya, sebagian besar SPBU di berbagai daerah tingkat dua di Provinsi Lampung sudah kekurangan BBM sejak sepekan terakhir.
“Yang paling susah mobil solar ini. Jika di eceran solar nggak ada, mau diisi apa tanki mobil, sementara kita ada tugas ke daerah-daerah,” ujar Erik, seorang sales obat-obatan perikanan yang sehari-hari mengemudikan mobil minibus Panther..
Antrean panjang di berbagai SPBU tampak pada mobil-mobil berbahan bakar jenis solar. Antrean bertambah parah karena bertumpuk dengan truk dan bus-bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Bahkan Minggu tengah malam tampak sejumlah bus AKAP tujuan berbagai kota di Jawa masuk ke dalam Kota Bandar Lampung untuk mencari solar.
Hal yang membuat “pusing” sopir truk atau bus adalah adanya pembatasan pembelian hanya Rp 200.000. “Cukup sampai mana jika truk segede ini diisi solar 22 liter?” ungkap Parno yang mengemudikan truk yang membawa besi tujuan Palembang.
Sejumlah SPBU di Kota Pematangsiantar telah kehabisan stok BBM jenis bensin dan solar hingga Senin (26/11) pagi ini. Sejak Sabtu (24/11), beberapa SPBU di Jalan Medan dan Jalan DI Panjaiatan serta di Jalan Melanchton Siregar tampak memasang papan tanda Premium dan solar habis. Kosongnya BBM tersebut menyebabkan kalangan konsumen kelabakan mencari bahan bakar kendaraan roda dua dan empat. Mereka berupaya mendatangi pengecer BBM sampai ke desa desa di pinggiran kota.
Para pedagang pengecer BBM mengaku kehabisan stok sudah terjadi sejak empat hari lalu, terutama solar lebih dahulu. “Ini hari keempat kami kesulitan memperoleh BBM,” kata Manurung seorang pengecer. Kalaupun ada, mereka harus membeli ke SPBU di kota Tebingtinggi atau Bandar Pasir Mandoge, sekitar 45 kilometer (km)dari Pematangsiantar.
Assistant Costumer Relation Pertamina FRM Region I, Sonny mengatakan, kekosongan terjadi karena jadwal kuota BBM subsidi ke beberapa SPBU telah habis pada Minggu (25/11) hingga menunggu jadwal selanjutnya. Secara keseluruhan penyaluran BBM di Sumut sudah melewati dari yang ditentukan oleh pemerintah.
 
Kerawanan Sosial
PT Pertamina (Persero) mengharapkan dukungan dari seluruh stakeholder terkait pasokan BBM bersubsidi.
"Pertamina telah menjalankan amanat BPH Migas untuk mengendalikan BBM bersubsidi sejak 19 November kemarin. Dengan memperhatikan perkembangan situasi sosial di daerah-daerah pascakebijakan tersebut dan kepentingan nasional yang lebih besar, kami memutuskan terhitung mulai 25 November 2012, Pertamina menyetop kebijakan pengendalian pasokan BBM yang sudah berjalan selama sepekan ini sambil menunggu arahan dari pemerintah selanjutnya,” kata VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, Senin (26/11).
Menurutnya, kebijakan pengendalian BBM bersubsidi awalnya dijalankan oleh Pertamina menyusul adanya surat dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) tertanggal 7 November 2012 perihal Pengendalian Distribusi Sisa Kuota BBM Bersubsidi 2012.
Dalam suratnya, BPH Migas menginstruksikan agar Pertamina melakukan pengendalian distribusi BBM bersubsidi sesuai sisa kuota dibagi jumlah hari tersisa hingga akhir tahun. Pengendalian tersebut ditujukan untuk menjaga agar kuota yang telah ditetapkan pemerintah dan DPR dalam APBN-P 2012 sebesar 44,04 juta KL tidak terlampaui.
Seperti diketahui, semula dalam APBN 2012 kuota BBM bersubsidi ditetapkan sebesar 40 juta KL, tapi pada September 2012 ditambah sebesar 4,04 juta KL sehingga total menjadi 44,04 juta KL. Dari total tersebut, Pertamina bertanggung jawab atas pasokan sebesar 43,9 juta KL dengan rincian 27,8 juta KL Premium; 14,9 juta KL solar; dan 1,2 juta KL Kerosene.
Hingga 20 November 2012, realisasi penyaluran BBM bersubsidi masing-masing mencapai 24,9 juta KL Premium; 13,7 juta KL solar; dan 1,1 juta KL Kerosene. Artinya, telah terjadi kelebihan penyaluran terhadap kuota bulan berjalan masing-masing sekitar 1 persen untuk Premium, 4 persen untuk solar, dan masih ada potensi terjadi over kuota sampai akhir 2012.
Mencermati kondisi tersebut, Pertamina telah menyampaikan kepada pemerintah dan memutuskan untuk menghentikan kebijakan pengendalian BBM bersubsidi demi kepentingan nasional yang lebih besar. Dia menambahkan, normalisasi pendistribusian BBM tidak lepas dari merebaknya keresahan di kalangan masyarakat konsumen BBM bersubsidi di berbagai daerah.
Pertamina tetap akan mengupayakan seoptimal mungkin untuk menjaga agar pendistribusian BBM bersubsidi tepat sasaran dan bekerja sama erat dengan aparat untuk memastikan penyaluran dapat berjalan lancar. Di sisi lain, kesadaran masyarakat untuk berhemat BBM dan memanfaatkan BBM nonsubsidi diharapkan terus meningkat.
Terkait kelangkaan BBM, Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA ITS) Surabaya mendesak pemerintah segera melakukan penghematan subsidi energi, khususnya subsidi BBM dengan menaikkan harga.
“Alasan utama kami adalah karena mayoritas pengguna BBM subsidi itu, lebih dari 70 persen adalah orang yang masuk kategori golongan mampu dan tidak pantas untuk disubsidi,” ujar Ketua Umum IKA ITS Irnanda Laksanawan, Minggu. (Armin Thurman Situmorang/Danang Djoko Murdono/Moh Ridwan/MG-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar