Mungkin smua orng bisa mengendalikan dirinya sendiri tpi bagai mana caranya manusia itu bisa mengendalikan dirinya sendiri??????
Suatu hal kecil yang terkadang dilupakan orang dalam menggapai sukses adalah pengontrolan tingkah laku. pembelajaran tingkah laku adalah sebuah soft skill yang harus dimiliki seseorang dalam menggapai sukses, kenapa? Karena kita Sebagai Individu kita sering dinilai dari tinkah laku kita, manusia dapat dipengaruhi hidupnya oleh tingkah lakunya sendiri.jadi saya menyimpulkan bahwa pondasi dari sebuah kesuksesan adalah tingkah laku.
Perlu diketahui bahwa tingkah laku yang kita miliki sekarang bukanlah sesuatu yang sudah ada sejak kita lahir melainkan suatu hal yang terus berkembang seiring dengan berjalannya roda kehidupan kita masing-masing. Jika memiliki tingkah laku yang negatif, akan menjadikan kita sebagai batu sandungan bagi diri kita sendiri. Orang-orang dengan tingkah laku yang negatif akan menghadapi masa sulit dalam mempertahankan persahabatan, pekerjaan, pernikahan dan hubungan secara umum, maupun dalam menggapai mimpi.
Karena kita tidak hidup sendiri didunia. Manusia adalah mahkluk sosial, yang akan selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan sesama. Dan dalam menggapai sukses dan mimpi kita kita membutuhkan orang lain, jadi kita harus dapat mempuyai tingkah laku yang baik agar kita dapat menggapai mimpi atau sukses. Beberapa hal utama yang mempengaruhi tingkah laku seseorang adalah:
1. Lingkungan
Yang disebut dengan lingkungan adalah mulai dari tempat tinggal kita (rumah), sekolah, kantor sebagai tempat kerja kita sehari-hari, media massa yang kita tonton/dengar/baca setiap hari, latar belakang kebudayaan, latar belakang agama, latar belakang tradisi, latar belakang kepercayaan, lingkungan sosial serta lingkungan politik. salah satu lingkungan baru adalah lingkungan virtual/internet, yaitu bisa berupa blog ataupun milist yang kita ikuti saat ini
Di dalam lingkungan yang positif, output yang dihasilkan dari performa seseorang akan meningkat, sebaliknya di dalam lingkungan yang negatif, performa yang pada dasarnya sudah baik justru akan menghasilkan output yang kian menurun.
Corak kebudayaan di setiap tempat selalu berawal dari kedudukan yang paling atas atau pimpinan kemudian mempengaruhi kedudukan yang lebih rendah di bawahnya, tidak pernah sebaliknya. Sebagai contoh, bilamana pemerintahan suatu negara dilingkupi dengan atmosfer yang penuh dengan kecurangan/kelicikan maka secara umum Anda akan menemukan bahwa orang-orang yang berada di bawah pemerintahan tersebut juga memiliki karakter yang tidak jauh berbeda, demikian sebaliknya.
2. Pengalaman
Kebiasaan kita dalam bertingkah laku berubah seiring dengan pengalaman kita terhadap orang lain dan peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita. Jika kita memiliki pengalaman yang positif dengan seseorang, maka secara natural kita akan bersikap positif pula terhadap orang tersebut, demikian juga sebaliknya.
3. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksudkan di sini mencakup baik pendidikan formal maupun pendidikan informal, tidak sekedar jenjang akademik. Sering kali kita tidak menyadari bahwa kebutuhan kita terhadap informasi terpenuhi akan tetapi sangat kekurangan dalam hal pengetahuan dan kebijaksanaan. Pendidikan seharusnya tidak hanya mengajarkan kita bagaimana agar dapat tetap hidup tetapi juga bagaimana kita seharusnya menjalani hidup.
Secara jujur, saya pribadi menyukai seseorang yang memiliki tingkah laku yang baik atau positif, dan menurut pengamatan saya seseorang yang bertingkah laku positif akan lebih mudah menggapai sukes, contoh tingkah laku positif adalah Seseorang yang ramah, Bersahabat, Suka Belajar, Suka menolong, Enak Untuk diajak tukar pikiran, selalu berpikir positif, ataupun tingkah positif lainnya.
Karena seperti kita ketahui bersama bahwa tingkah laku seseorang terbentuk mulai pada saat dia lahir ke dalam dunia ini, kemudian terus berkembang seiring dengan berjalannya roda kehidupan seseorang, dan masa yang terbaik untuk membentuk karakter seseorang adalah pada masa pertumbuhan seseorang, mulai dari masih di dalam kandungan, masa balita, kemudian masa anak-anak, sampai seseorang beranjak dari remaja menjadi dewasa adalah masa yang tepat untuk membentuk karakter/ tingkah laku seseorang.
Bagaimanakah cara membentuk atau mempertahankan tingkah laku yang positif? Hal yang pertama adalah kepekaan terhadap hal-hal mendasar yang dapat membentuk tingkah laku yang positif, kemudian seseorang juga harus memiliki keinginan untuk menjadi seseorang yang positif, dan meningkatkan disiplin dan dedikasi untuk mempraktekkan hal-hal tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Lalu bagaimana agar kita bisa bertingkah laku positif, berikut tips yang menurut pengamatan saya dapat membuat kita bertingkah laku positif/baik.
1. Selalu Berfikir baik / berperasangka baik
Dalam agama Kita biasanya dituntuk harus menjadi seorang yang baik. Kita harus fokus terhadap hal-hal yang positif di dalam hidup kita. Mulailah dengan melihat seseorang akan hal-hal yang baik, daripada mencari-cari kekurangan atau kesalahan yang terdapat pada orang tersebut. karena kalau kita terbiasa berfikir baik, tiada beban hidup yang akan kita terima terlalu berat. dan kita akan bisa beraktifitas atau melakukan sesuatu dengan baik
2. Lakukan sekarang, jangan menunda
Sering kali kita melakukan penundaan terhadap hal-hal yang ada di dalam hidup kita, dan sering kali pula ketika kita mengetahui bahwa kita telah melakukan penundaan, hal tersebut malahan akan menyebabkan penyesalan di dalam diri kita masing-masing. Melakukan penundaan adalah hal yang buruk untuk dilakukan. Kebiasaan melakukan penundaan akan lebih melelahkan kita dibandingkan usaha yang diperlukan untuk menyelesaikannya.Sebuah tugas atau pekerjaan yang terselesaikan adalah sesuatu hal yang memuaskan dan membuat kita bersemangat, sebaliknya sebuah tugas yang tak terselesaikan sangatlah memboroskan tenaga layaknya seperti kebocoran.
Janganlah kita menunda segala sesuatu hal yang dapat diselesaikan hari ini juga, karena hal tersebut pada akhirnya akan menyebabkan kita menyesal. Jika Anda ingin membentuk serta mempertahankan tingkah laku yang positif, Anda harus membiasakannya mulai dari sekarang dan saat ini juga.
3. Selalu bersyukur
Ketika seseorang yang oleh sebab kecelakaan atau pun penyakit yang dideritanya, orang tersebut mengalami kebutaan atau kelumpuhan bagian tubuh, tetapi pada akhirnya memenangkan sebuah hadiah yang nilainya ratusan juta rupiah. Berapa banyak dari kita yang ingin bertukar tempat dengannya? Tidak banyak. Mengapa? Karena kita terlalu sibuk untuk memperhatikan hal-hal yang tidak kita miliki seperti kehilangan penglihatan atau hal-hal lainnya.Perhatikanlah kebaikan-kebaikan yang ada di dalam diri Anda, bukan masalah-masalah Anda atau pun kekurangan-kekurangan Anda.
Terkadang kita selalu melihat kekurang-kekurangan atau yang tidak kita miliki, sehingga kita tidak dapat menysukuri atas apa yang telah kita miliki. contoh kadang kita jenuh dalam bekerja, apakah kita pernah berfikir orang yang punya pekerjaan. Memang hal ini disebabkan karena keinginan manusia yang tidak pernah terbatas. dengan bersyukur kita bisa menikmati apa yang kita punya, dan kan membentuk sebuah pola tingkah laku yang menyenangkan/positif
4. Mau Untuk terus Belajar
Apakah kita benar-benar mendapat pendidikan di bangku-bangku sekolah atau sebuah perguruan tinggi? Mungkin sebagian akan menjawab ya, akan tetapi lebih banyak lagi yang akan menjawab tidak. Bukan berarti bahwa kita tidak memerlukan hal-hal yang dapat kita peroleh dari bangku sekolah, katakanlah informasi, pengetahuan, dan lain-lain. Akan tetapi kita perlu mengetahui hal yang sebenarnya dari sebuah pendidikan.
Bagaimana caranya? Dengan melakukan kegiatan belajar secara kontinu terus-menerus baik itu dengan membaca buku, membaca sumber-sumber informasi lain seperti media cetak dan elektronik, serta menghadiri seminar-seminar untuk lebih melengkapi pengetahuan kita. Dan akan lebih baik lagi bilamana kitalah yang mengadakan seminar-seminar tersebut. Sebab dalam hal belajar dan mengajar, sebenarnya keuntungan yang lebih besar terdapat di dalam diri sang pengajar. Karena dengan melakukan hal tersebut, dia sedang melatih dirinya sendiri tentang seuatu subjek (latihan secara terus- menerus akan menuju kesempurnaan). dari contoh kecil, dengan terbiasa menulis mengirim tulisan dar milis hal ini memacu saya untuk terus belajar kembali, hal ini juga semakin saya memahami apa yang saya sebelumnya kurang mengerti. Dan dengan terus memacu otak saya untuk dapat menulis dan berbagi untuk sahabat, saya mengalami suatu pemahaman bahwa otak/pikiran manusia adalah sumber informasi yang tidak terbatas.maka saya menulis terus dengan modal keikhlasan tanpa pamrih. maka cobalah untuk terus belajar.
Seseorang bisa dan mungkin menjadi sukses dengan atau tanpa pendidikan formal jika memiliki hal-hal berikut ini; karakter, komitmen, itikad, sopan-santun, keberanian dan semangat. dan jangan lupa pelajaran tidak hanya dibangku pendidikan formal, kita bisa belajar dari lingkungan, dari alam, dari masyrakat, dan dari manapun.
5. Menghargai diri sendiri/ Self-Esteem
Apakah self-esteem tersebut? Self-esteem adalah bagaimana perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Ketika kita sendiri merasa bahwa diri kita itu adalah baik, maka performa kita akan meningkat seiring dengannya.
Bagaimana kita membentuk hal tersebut? Cara yang paling cepat dalam melakukan hal tersebut adalah dengan melakukan sesuatu kepada seseorang yang tidak dapat dibalas dengan uang atau pun sejenisnya. Sebab di dalam dunia ini, manusia dapat dikategorikan menjadi dua kategori besar, yaitu sang penerima dan sang pemberi. Sang penerima dapat makan dengan nyaman, akan tetapi sang pemberi dapat tidur dengan nyaman. Pemberi mempunyai self-esteem yang tinggi, sikap yang positif dan mereka melayani masyarakat. Saya menikmati menulis dan menjadi sahabat bagi semua.
6. Jauhi pengaruh Buruk
Ada beberapa hal-hal yang harus kita hindari di dalam hidup kita ini, supaya kita tidak ikut tersejerumus ke dalamnya.
Hal pertama yang harus kita hindari adalah orang-orang yang negatif. Tahukah Anda bahwa di dalam ilmu beladiri, Anda akan diajarkan untuk menghindari sebuah serangan. Jadi daripada Anda melakukan pertahanan (blocking), Anda akan dianjurkan untuk melakukan langkah menghindari. Mengapa? Karena untuk melakukan blocking Anda memerlukan tenaga. Jadi daripada menghabiskan tenaga untuk melawan lebih baik Anda menghindar. Sama halnya dengan ilmu bela diri tersebut, ketika Anda meladeni orang-orang yang ingin mencelakakan Anda atau ingin memberikan pengaruh negatif terhadap Anda, Anda harus menghindar. Tetapi untuk melakukan hal tersebut, hal yang harus Anda lakukan terlebih dahulu adalah menyadarinya.
Jangan biarkan orang-orang yang negatif menjerumuskan Anda. Ingatlah bahwa karakter seseorang tidak hanya dinilai oleh tempat dia bekerja atau pun tempat-tempat yang sering dikunjunginya tetapi juga tempat-tempat yang tidak ia kunjungi.
Hal lainnya adalah obat-obat keras dan alkohol, hal-hal ini sangatlah menjerumuskan kita. Seperti kita ketahui bahwa hal seperti meminum minuman keras menjadi suatu hal yang umum di mata masyarakat, mereka melakukannya untuk merayakan sesuatu, atau sekadar menemani teman, atau untuk menyenangkan hati bos ketika sedang menemaninya minum atau pun hanya untuk menghilangkan stress, ketahuilah bahwa hal tersebut dapat membawa kita ke dalam masalah-masalah baru yang tidak kita kehendaki dan akan makin menjerumuskan kita bila kita segera menyadarinya dan menghentikannya. Berikutnya adalah pornografi, tahukan Anda bahwa sebagian besar penyebab kasus pemerkosaan yang terjadi dewasa ini disebabkan karena sang pelaku telah mengonsumsi hal-hal yang berbau pornografi sebelum dia melakukan tindak kejahatan tersebut.
Tontonan negatif. Contohnya adalah film-film yang sekarang beredar penuh dengan warna kekerasan, kejahatan, kriminalitas dan segala sesuatu yang berbau negatif. Hal ini akan membahayakan terutama bagi anak-anak karena pada masa mudalah seseorang itu justru lebih mudah terpengaruh. Hal lainnya adalah musik keras. Tahukan anda bahwa musik-musik keras yang kita dengar serta tontonan yang kita lihat secara tidak sadar akan mempengaruhi kita. Sebuah tes musik pernah dilakukan terhadap dua buah tanaman, yang satu didekatkan dengan radio yang memutar musik-musik keras, sedangkan yang lainnya didekatkan dengan musik yang memutar musik-musik klasik. Hasilnya? Tumbuhan yang pertama layu keesokan harinya, sedangkan yang lainnya tetap segar dan bahkan lebih segar. Menarik bukan?. Satu hal kritik untuk TV sekarang. Adakah tayangan yang layak untuk anak-anak, saat ini saya tidak mendapatkan lagu-lagu untuk anak-anak, dan lagu yang dinyanyikan anak-anak adalah lagu orang dewasa, sungguh ironi.
7.Mulailah untuk menyukai hal-hal yang kita perlukan
Ada hal-hal yang perlu kita lakukan meskipun kita tidak menghendakinya, Contohnya seorang ibu yang harus menjagai anak-anaknya. Hal tersebut bukanlah permainan dan mungkin bahkan menyakitkan atau melelahkan. Akan tetapi jika kita belajar untuk menyukainya, hal yang tidak mungkin dapat menjadi hal yang mungkin.
8. Selalu Mulai Hari Dengan Positif
Karena memulai hari dengan positif akan berpengaruh dalam kehidupan kesehariaan anda. dan dangan memulai melalui harihari yang positif anda telah memulai langkah awal anda menjadi orang bertingkah laku positif dan anda sudah memulai langkah awal menggapai mimpi anda. Membaca atau mendengar sesuatu yang positif di pagi hari akan melatih kita untuk merespon terhadap hal-hal yang positif di dalam hidup kita. Dan apabila kita melakukan dengan telaten, maka hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan yang pada akhirnya memberikan efek yang positif bagi diri kita sendiri. Cobalah bertingkah laku positif, dan anda akan merasakan perdaan yang luar biasa dalam kehidupan anda. tapi seperti biasa hidup adalah suatu pilihan, bagaimana anda memilih, untuk dapat bertingkah laku positif, dan mendapatkan hasil yang luar biasa, atau bertingkah laku negatif dan anda dapat merasakan sendiri apa yang akan anda dapatkan.Ayo kita mulai bertingkah laku positif
Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal keturunan, Pengalaman, pendidikan dan lingkungan. kita dapat memulai bertingkah laku positif dari lingkungan sekitar kita, seperti dirumah, kantor dan lingkungan sosial Anda. Dan bertingkah laku positif adalah sebuah langkah awal anda menggapai mimpi/sukses.
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakan-gerakan dalam dan kondisi lingkungan luar.
Akal memang bagian diri manusia yang dikaruniakan Tuhan sejak kita lahir. Dengan akal ini manusia dapat berfikir, namun akal tidak akan berguna apabila tidak ada lingkungan disekitarnya yang akan diubah. Dengan kata lain lingkungan akan mengubah dan membentuk prilaku manusia yang ada di dalamnya. Manusia akan berinteraksi dan berusaha untuk bertahan dalam lingkungan dimana dia berada. Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah mengubah perilaku sesuai lingkungan tempat tinggalnya sehingga dia akan bisa terus bertahan didalam lingkungan tersebut.
Berikut contoh hubungan lingkungan dengan manusia :
- Dibanding dengan anak lain dan variabel lain yang konstan, anak usia 7 tahun dari rumah tangga bersesakan ternyata sembilan bulan terbelakang dalam membaca, perbedaan pendengaran.
- Seseorang yang pindah dari tempat lain akan mengubah perilakunya di tempat baru agar bisa diterima di lingkungan baru tersebut.
Dari beberapa pernyataan diatas, jelas bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Penjara salah satu contoh tempat yang bisa mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Jika ada orang ditempatkan kedalam hutan, maka secara otomatis dia akan mengubah perilakunya demi kelangsungan hidupnya.
Dimensi lingkungan bisa dibedakan menjadi tiga kelompok yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kultural. Ketiga dimensi ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku manusia.
Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Setiap orang dapat mempunyai gambaran yang berbeda sesuai proses persepsi masing-masing.
Lingkungan binaan merupakan sistem yang dibentuk oleh sub-sub sistem. Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian dari ruang tersebut. Ada dua macam ruang yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu ruang yang dirancang untuk memenuhi suatu fungsi dan tujuan serta ruang yang dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel.
Seperti dikemukakan terdahulu, pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua alasan:
1. siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
2. siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
1. ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan
2. proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
Para penganut pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa menampilkan tingkah laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat (konsekwensi) tertentu. Ada empat kategori dasar dari akibat:
1. apabila ganjaran diberikan,
2. apabila hukuman diberikan,
3. apabila ganjaran dihentikan, dan
4. apabila hukuman dihentikan.
Pemberian ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut saja penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinention) atau penundaan (time out), tergantung pada keadaannya. Penghentian hukuman disebut penguatan negatif. Frekuensi munculnya tingkah laku tertentu sejalan dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu. Penguatan positif, yaitu pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud, mengakibatkan ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang dimaksud. Tingkah laku yang memperoleh ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi di waktu mendatang.
Contoh:
Bambang menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah laku siswa). Guru memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa laporan Bambang yang ditulis dengan rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk laporan-laporan berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku yang dikuatkan itu meningkat).
Penghukuman menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai (yaitu hukuman) setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan frekuensi pemunculan tingkah laku itu menurun.
Contoh:
Jamilus menyerahkan kepada guru laporan yang kurang rapi (tingkah laku siswa). Guru memahami Jamilus karena tidak memperhatikan kerapian laporan itu, mengatakan bahwa laporan yang tidak rapi sukar dibaca dan menyuruh Jamilus menulis laporan itu kembali (hukuman). Untuk laporan-laporan selanjutnya, Jamilus telah memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku yang mendapatkan hukuman itu menurun). Penghilangan adalah menahan (tidak lagi memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah (menahan pemberian penguatan positif). Penghilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan.
Contoh:
Susi, yang laporan-laporan sebelumnya memperoleh pujian dari guru, menyerahkan kepada guru laporan yang rapi (tingkah laku siswa yang sebelumnya mendapat penguatan). Guru menerima laporan itu dan setelah dibaca mengembalikan laporan itu tanpa komentar (menahan pemberian penguatan positif). Untuk laporan-laporan berikutnya Susi menjadi kurang rapi (frekuensi tingkat laku yang telah dikuatkan menurun). Penundaan merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau mengecualian pemberian ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksudkan itu.
Contoh:
Para siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin bahwa guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para siswa mengerjakan tugas dan baik. Permainan seperti itu amat digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali Jayeng. Ibu Eti mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Jayeng mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku menurun).
Penguatan negatif adalah peniadaan perangsang yang mengenakkan atau tidak disukai (yaitu hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud.
Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut.
Contoh:
Jamilus adalah salah seorang siswa yang harus menerus menyerahkan kepada guru laporan-laporan yang ditulis dengan tidak rapi. Meskipun guru terus menerus menegur dan memarahinya, laporan-laporan Jamilus itu tidak lebih baik. Pada suatu ketika Jamilus menyerahkan laporan yang agak rapi. Guru menerima laporan Jamilus itu tanpa komentar dan tanpa teguran atau marah yang selama ini ditempatkan kepadanya (peniadaan hukuman). Selanjutnya, laporan-laporan Jamilus menjadi lebih rapi (frekuensi tingkah laku meningkat).
Dapat diringkaskan, guru dapat menumbuhkan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa melalui penerapan penguatan positif, yaitu pemberian ganjaran dan penguatan negatif yaitu peniadaan hukuman. Guru dapat mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan pada diri siswa melalui penerapan penghukuman, yaitu pemberian perangsang yang tidak mengenakkan; penghilangan yaitu menahan pemberian ganjaran yang biasanya diberikan dan penundaan, yaitu mengecualikan siswa dari pemberian ganjaran tertentu. Perlu diingat bahwa penerapan masing-masing jenis akibat (konsekuensi) itu berkaitan dengan diterus atau dihentikannya penampilan suatu tingkah laku di masa depan. Jika guru memberikan penguatan terhadap perbuatan yang menyimpang, maka besar kemungkinan perbuatan yang menyimpang itu akan diulangi atau diteruskan; dan sebaliknya, apabila guru menghukum tingkah laku yang baik, maka besar kemungkinan perbuatan yang sebenarnya baik it akan dihentikan penampilannya.
Tentang kapan penguatan itu diberikan juga penting. Tingkah laku siswa yang dianggap baik dan perlu diteruskan hendaknya diberi penguatan sesegera mungkin setelah tingkah laku itu ditampilkan. Tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dan perlu dihentikan hendaklah diberi hukuman sesegera mungkin setelah tingkah laku itu ditampilkan. Tingkah laku yang tidak segera diberi penguatan akan cenderung melemah dan tingkah laku yang tidak segera diberi hukuman akan cenderung berkembang (menguat). Dengan demikian, unsur waktu dalam pemberian penguatan dan hukuman adalah penting. “Makin cepat makin baik” merupakan kata-kata yang perlu diperhatikan bagi guru berkenaan dengan keefektifannya dalam mengelola kelas.
Frekuensi pemberian penguatan juga perlu diperhatikan. Penguatan terus menerus yaitu yang diberikan setelah setiap kali tingkah laku yang dimaksudkan ditampilkan, berakibat makin seringnya penampilan tingkah laku itu. Dengan demikian, jika guru ingin memperkuat tingkah laku tertentu dari seorang siswa maka guru itu hendaklah memberikan ganjaran pada setiap penampilan tingkah laku yang dimaksud. Penguatan yang terus menerus itu terutama sekali efektif bagi tahap-tahap awal penguasaan suatu tingkah laku khusus tertentu, dan sekali tingkah laku itu sudah terbina pada diri siswa, penguatan berkala akan lebih efektif. Ada dua macam penjadwalan dalam penguatan berkala, yaitu penjadwalan interval dan penjadwalan rasio. Penjadwalan interval dilaksanakan apabila guru memberikan penguatan kepada siswa setiap setelah jangka waktu tertentu.
Misalnya, guru memberikan penguatan setiap jam. Penjadwalan rasio dilaksanakan apabila guru memberikan pengaturan kepada siswa setiap setelah siswa menampilkan sekian kali tingkah laku yang dimaksud.
Misalnya, guru memberikan penguatan setiap siswa telah menampilkan empat kali tingkah laku yang dimaksud. Pada umumnya, penjadwalan interval lebih efektif diterapkan untuk mempertahankan agar tingkah laku yang dimaksudkan itu terus menerus dapat berlangsung secara tetap, sedangkan penjadwalan rasio lebih efektif untuk meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku itu.
Dalam proses pemberian penguatan, ganjaran yang diberikan disebut penguat (reinforce). Jenis-jenis penguat dapat digolongkan ke dalam dua klasifikasi besar:
1. penguat besar, yaitu penguat-penguat yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup (seperti makanan, air, udara yang segar), dan
2. penguat bersyarat, yaitu penguat-penguat yang dipelajari (seperti pujian, kasih sayang, uang).
Penguat bersyarat meliputi:
1. penguat sosial, yaitu pemberian ganjaran terhadap tingkah laku tertentu oleh orang lain dalam kaitannya dengan suasana sosial (seperti tepuk tangan, pujian);
2. penguat penghargaan yaitu jenis ganjaran yang merupakan tanda penghargaan, yang mana tanda penghargaan itu mungkin dapat ditukarkan dengan ganjaran nyata yang dapat bermanfaat (seperti uang tanda tukar kebutuhan sekolah lainnya);
3. penguatan kegiatan, yaitu jenis ganjaran yang berupa kesempatan untuk melakukan kegiatan tertentu (seperti kesempatan berekreasi, membaca bebas di perpustakaan). Dalam menyelenggarakan penguatan haruslah diperhatikan pengaruh penguatan itu pada diri masing-masing siswa. Keberhasilan suatu usaha penguatan harus dilihat sampai berapa jauh penguatan itu mampu meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku yang diberi penguatan itu. Dengan demikian, arti suatu ganjaran hanya bisa dimengerti dalam kaitannya dengan siswa tertentu.
Ganjaran bagi seorang siswa mungkin memang merupakan ganjaran, tetapi bagi siswa lainnya justru merupakan hukuman. Tanggapan guru terhadap tingkah laku siswa yang dimaksudkan sebagai pujian dan ganjaran, dirasakan oleh siswa sebagai hukuman dan sebaliknya, yang dimaksudkan sebagai hukuman justru seringkali terjadi. Seringkali siswa melakukan tindakan yang menyimpang untuk menarik perhatian orang lain. Tanggapan guru yang berupa marah atau omelan, bagi siswa yang haus akan perhatian orang lain dirasakan lebih sebagai ganjaran daripada sebagai hukuman, dan sebagai akibatnya siswa itu terus bertingkah laku menyimpang dengan tujuan menarik perhatian orang lain.
Contoh diatas mengisyaratkan bahwa guru harus amat hati-hati dalam memilih dan menerapkan penguat-penguat yang tepat untuk siswa-siswa tertentu. Hal ini tampaknya sukar, namun sebenarnya tidaklah demikian. Jenis-jenis penguat tertentu sebenarnya tidak terlepas dari kebutuhan siswa tertentu, bahkan siswa itu dapat (secara tidak langsung) menunjukkan penguat-penguat yang dibutuhkannya. Ada tiga cara untuk mengenali jenis-jenis penguat yang bersangkutan dengan siswa tertentu:
1. melihat petunjuk-petunjuk (gelagat) khusus berkaitan dengan jenis penguat tertentu dengan jalan mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa;
2. melihat petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa menampilkan tingkah laku tertentu; dalam hal ini guru mencoba menerapkan tindakan atau tingkah laku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya menguatkan tingkah laku siswa yang bersangkutan; dan
3. memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan jalan langsung menanyakan kepada siswa yang bersangkutan tentang apa yang ingin dilakukannya jika dia memiliki waktu terluang, apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa atau untuk siapa biasanya siswa itu melakukan sesuatu yang berarti. Setelah secara singkat membahas penggunaan ganjaran, marilah kita singgung sedikit lagi tentang hal yang sebenarnya masih merupakan suatu dilema atau masih diperdebatkan, yaitu penggunaan hukuman untuk mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak disukai. Dalam kaitan ini ada tiga pokok pandangan, yaitu:
• penggunaan hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang;
• penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus dengan hati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu, dan
• penggunaan hukuman itu hendaklah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan cara-cara lain yang tidak perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana dapat ditimbulkan oleh hukuman.
Keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman perlu dikenali.
Beberapa keuntungan ialah:
1. Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
2. Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
3. Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah yang mendapat hukuman itu.
Kerugian penggunaan hukuman:
1. Hukuman dapat ditafsirkan secara salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah laku tertentu digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya. Misalnya, seorang siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan giliran mungkin tetap akan tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara baginya terbuka luas.
2. Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.
3. Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.
4. Hukuman dapat menimbulkan reaktif negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan. Misalnya, siswa-siswa dapat menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan (seperti menertawakan, simpati) terhadap siswa yang menerima hukuman.
5. Hukuman dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar dirinya. Misalnya, hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri sendiri cukup berharga atau dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap sekolah. Dalam mempertimbangkan keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan harus benar-benar dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang sudah dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.
Disamping itu, dalam melaksanakan hukuman itu guru harus sudah mempertimbangkan hal-hal atau akibat yang mungkin terjadi dan guru harus sudah siap pula menanggulangi apa yang mungkin terjadi itu. Lebih jauh disarankan agar guru juga mampu memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang baik sambil sekaligus mampu menahan pemberian penguatan atau hukuman terhadap tingkah laku yang tidak disukai.
Pembicaraan tentang pendekatan pengubahan tingkah laku dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mengabaikan tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dan menunjukkan persetujuan atas tingkah laku yang diinginkan adalah amat efektif dalam menumbuhkan tidak langkah yang baik bagi siswa-siswa di kelasnya.
2. Menunjukkan persetujuan atas tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci dari pengelolaan kelas yang efektif.
Kesimpulan-kesimpulan diatas dapat diartikan sebagai berikut:
1. Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku siswa yang baik dan menahan pemberian ganjaran tingkah laku yang tidak baik adalah amat efektif untuk membina tingkah laku siswa yang lebih baik didalam kelasnya.
2. Menghukum tingkah laku siswa yang tidak baik dapat meniadakan tingkah laku itu tetapi mungkin menimbulkan akibat sampingan yang bersifat negatif.
3. Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci bagi pengelolaan kelas yang efektif.
SUMBER refrensi
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar